Desakan pada rupiah tidak berhenti dalam sebagian minggu paling akhir. Bahkan juga pada Senin (7/5/2018) sore, rupiah menembus level 14. 000 per dolar Amerika Serikat (AS), paling rendah mulai sejak Desember 2015.
Mengutip data Bloomberg, rupiah hilir mudik di kisaran 14. 004 per dolar AS-14. 053 per dolar AS selama perdagangan Selasa (8/5/2018). Sedang berdasar pada Kurs Rujukan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah dibanderol di angka 14. 036 per dolar AS. Bila dihitung dari pertama th., rupiah melemah 3, 67 %.
Ekonom Maybank Indonesia Juniman menerangkan, bila diliat dari data historis, pelemahan rupiah sesungguhnya telah diawali mulai sejak Bank Indonesia (BI) memotong suku bunga referensi atau 7-day Reverse Repo Rate sejumlah 2 x pada Agustus serta September th. lantas dari 4, 75 % jadi 4, 25 %.
Sesaat trend sekarang ini, disadari Juniman, negara-negara maju serta berkembang relatif menambah suku bunga referensinya di banding ke arah turunkan. Keadaan itu berlainan dengan th. kemarin.
" Selisih suku bunga BI dengan suku bunga AS makin menyempit. Jadi, sukai tidak sukai, menambah suku bunga jadi pilihan logis buat BI untuk menahan pelemahan rupiah, " dia menerangkan.
Juniman memberikan, kenaikan suku bunga referensi adalah instrumen paling efisien menahan mata uang rupiah makin tersungkur lebih dalam.
" Bila naik (suku bunga referensi) di bln. ini, jadi capital outflow dapat tertahan serta ada kesempatan rupiah dapat menguat sekali lagi sesudah investor telah price in harapan kenaikan suku bunga The Fed bln. depan, " katanya.
Tidak ada komentar