Terlebih dulu, nilai ganti rupiah diperkirakan masih tetap di kisaran 14. 000 per dolar Amerika Serikat pada Juni 2018. Kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve masih tetap jadi sentimen merubah rupiah.
Ekonom PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede, menjelaskan, rupiah masih tetap juga akan ada di tempat 13. 900-14. 000 per dolar AS. Aktor pasar menunggu hasil pertemuan bank sentral Amerika Serikat (AS) pada 12-13 Juni 2018. Diprediksikan, bank sentral AS atau the Federal Reserve juga akan menambah suku bunga 25 basis point pada pertemuan itu.
“Masih ada FOMC. Dari notulensi pada pertemuan Mei relatif dovish. Pasar prediksikan ada kenaikan suku bunga 1x sekali lagi pada Juni 2018. Diprediksikan kenaikan suku bunga the Federal Reserve sejumlah 3x pada 2018. Ini topang dolar Amerika Serikat, ” tutur Josua.
Josua menjelaskan, rupiah berpeluang sedikit melemah dengan ada sentimen itu. Dari dalam negeri, musim pembayaran dividen juga akan selesai. Sentimen itu juga akan menyokong rupiah hingga tidak tertekan dalam. Aktor pasar juga menunggu launching data ekonomi diantaranya neraca perdagangan serta transaksi jalan.
Diluar itu, langkah Bank Indonesia (BI) mengadakan rapat penambahan pada 30 Mei 2018, serta diprediksikan menambah suku bunga sekitaran 25 basis point dinilai juga akan stabilkan rupiah.
“Kemungkinan menambah suku bunga untuk menyetabilkan nilai ganti rupiah. Ini menghadapi hasil pertemuan the Federal Reserve pada 12-13 Juni 2018, ” tutur dia.
Josua memberikan, imbal hasil surat bernilai AS diprediksikan naik hingga menyokong dolar AS juga jadi perhatian BI. Josua menilainya, BI pilih menyetabilkan nilai ganti rupiah untuk mendorong stabilitas makro ekonomi, tingkatkan keyakinan aktor usaha serta investor asing. Diluar itu, untuk membuat kestabilan makro ekonomi, BI serta pemerintah, menurut Josua mesti sama-sama bekerjasama.
Tidak ada komentar