Presiden Rodrigo Duterte menyampaikan tentara Filipina tak perlu membunuh wanita group pemberontak komunis, namun cukup menembak organ kelamin mereka, vagina.
" Kami cuma bakal menembak area pribadi anda, maka andaikan area pribadi itu tdk ada, jadi anda tak berfaedah kembali, " kata Duterte dalam bhs Visayan, bhs yg dimanfaatkan masyarakat Filipina tengah serta selatan, seperti dilansir dari Al Jazeera, 12 Februari 2018.
Kantor Komunikasi Kepresidenan, mengutip Washington Post, yg bikin transkrip pernyataan Duterte itu lantas merubah kata vagina dengan garis putus-putus.
Rekaman video pernyataan Duterte itu lantas mengedar di warga. Duterte lantas kembali memetik kritikan pedas serta kecaman atas pernyataannya yg dikira melukiskan dirinya sendiri menjadi misogynist serta macho-fasis.
" Pernyataan menjijikkan, " kata Emmi de Jesus, anggota Kongres dari Partai Wanita Gabriela. " Membetulkan dirinya sendiri menjadi sosok macho-fasis paling beresiko di pemerintahan sekarang, " kata de Jesus menyambung.
Carlos Conde, perwakilan Human Rights Watch di Filipina mengecam pernyataan Duterte yg dinilai tidak mematuhi hukum internasional. Pernyataan Duterte pada 7 Februari selanjutnya diperuntukan terhadap milisi wanita dari Partai Komunis Filipina yg laksanakan perlawanan sejak mulai th. 1968.
Duterte juga menyalahkan banyak pemberontak wanita lantaran meninggalkan anak-anak mereka serta keluarganya bagi berhimpun dengan group pemberontak. Pernyataan Presiden Rodrigo Duterte yg merendahkan wanita beberapa kali berjalan.
Akan tetapi, banyak pembantunya memanggil Duterte lagi tengah bercanda. Juru bicara presiden Duterte, Harry Roque tambah menuding banyak wanita terlampau terlalu berlebih menyikapi pernyataan sang presiden. " Maksud saya, itu humor. Ayolah. Tertawalah, " kata Roqeu.
Tidak ada komentar